Header Ads

catatan Fajarullah*


"SETELAH Pak Khamami tak jadi bupati, akses jalan ke desa kami benar-benar hancur."

Imam Khoiri, warga Desa Tanjung Serayan Kecamatan Mesuji berucap serupa meratap. Dia adalah salah satu petani yang memenuhi undangan Anggota Legislatif (Aleg) DPRD Mesuji, Bintang Purna Irawan yang sedang melakukan Reses untuk masa sidang kedua tahun 2025 di wilayah Daerah Pemilihan Satu.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang dan pertemuan yang diadakan di penggilingan padi milik Nasirin itu baru saja dimulai. Saya sengaja ikut menemani setelah sehari sebelumnya, melalui sambungan telpon, Bintang menghubungi untuk diajak bersama. "Reses mandiri, Bang," kata dia. "Saya minta Abang ikut," dan saya segera mengiyakan.

Dalam kesempatan itu, Imam Khoiri benar-benar menegaskan kalau pada akhirnya, dampak dari buruknya akses keluar-masuk desa itu menjadi beban tersendiri bagi para petani terutama saat musim panen. "Ongkos ojek angkut padi melonjak tiga kali lipat," tegas dia. "Belum lagi menurunnya harga jual akibat biaya transportasi yang juga ikut naik."

Nasirin, pemilik gilingan padi tempat kami berkumpul hari itu juga menambahkan kalau mereka sebenarnya tidak meminta program muluk-muluk. "Minimal," kata dia, "jalan desa bisa dilewati saat musim hujan." 

"Artinya, kalau jalan utama di pusat KTM bisa dicor, yang menuju desa kami setidaknya diberi pengerasan. Itu saja harapannya," timpal Iman Khoiri.

Selain buruknya akses transportasi, keberadaan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga menjadi topik curhatan beberapa petani yang hadir siang itu. Sugeng, misalnya, ia mengeluhkan keadaan sawah yang sering dilanda 'asem-aseman.'

"Kalau ada cara untuk mengatasinya, kami minta diajari," kata Sugeng. "Dan kalau memang ada obatnya, kami minta diberitahu apa nama obat itu."

Atas beberapa curahan ini, Bintang mengatakan akan membicarakannya dengan para anggota dewan yang lain dengan harapan ke depan bisa menjadi program kegiatan instansi terkait.

"Nanti juga akan coba saya sampaikan ke Ibu Bupati Elfianaj sebab saya yakin, hal-hal semacam ini juga adalah konsen dan program beliau ke depan," kata Bintang.

Khamami, Jejak Program yang Masih Terpatri

Dalam perjalanan reses sebelumnya, di Desa Pangkal Mas Mulya, ihwal buruknya infrastruktur juga menjadi topik keluhan utama. Mbah Saut, petani desa setempat, berharap jalan sarana pertanian benar-benar menjadi fokus pemerintah ke depan sebab hal itu sangat berpengaruh terhadap stabilitas harga gabah hasil panen.

Pernyataan Mbah Saut juga dipertegas oleh Sukadi. Ia bahkan menyentil apa yang dia sebut sebagai Program Taman Penangkaran Buaya yang dulu sempat dimulai pengerjaannya tapi sekarang tak ada kabar lagi.

"Seingat saya, itu dimasa Bupati Pak Khamami," kata Sukadi.

Padahal, masih kata Sukardi, kalau program itu bisa direalisasikan, ia meyakini akses jalan pasti juga akan ikut diperbaiki dan itu adalah harapan sebagian besar masyarakat di seputaran penangkaran.

Selain infrastruktur jalan, minimnya jembatan penyebrangan yang menghubungkan Desa Pangkal Mas dan Pangkal Mas Mulya juga sempat jadi perbincangan. Hal itu terungkap dalam reses Bintang di desa Pangkal Mas.

Adalah Sumarno, pengurus masjid Al Mubarok Desa Pangkal Mas, yang mengungkapkan hal itu.

"Kasihan anak-anak TPA desa seberang yang mau ngaji ke sini, Pak," kata Sumarno. "Apalagi kalau musim hujan."

Sebagaimana diketahui, keberadaan dua desa itu hanya dibatasi oleh satu kanal utama yang membentang ke arah jembatan Ratu Timur dengan hanya satu jembatan penyeberangan di bagian tengah yang itu juga digunakan oleh kendaraan berat.

"Kalau bisa, jembatan penyebrangan itu ditambah satu lagi yang khusus untuk pejalan kaki atau sepeda," ungkap Mustofa, salah satu warga Desa Pangkal Mas.

"Melas bocah-bocah ngaji, Bang," ungkap Genjo, salah satu warga masyarakat Desa Pangkal Mas yang lain. "Teko mejid rupane wes koyo beru. Gluprut lendut."

Atas semua curahan hati itu, Bintang mengaku akan berupaya untuk mengkomunikasikannya dengan instansi berwenang juga dengan sesama anggota DPRD yang konsen.

"Saya tidak berani berjanji, tapi saya akan sampaikan pada semua pihak apa yang sudah menjadi keluhan ini," kata Bintang di akhir acara. "Tantu saja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan saya yang memang sangat terbatas."

Di perjalanan pulang, saya dan Bintang sempat berdiskusi agak panjang terutama terkait kondisi yang kami dengar itu sampai kemudian mulut kami sama-sama terhenti sebab Erwin, driver yang membawa kami, tiba-tiba meminta kami turun dari mobil.

"Dorong!" ucap Erwin. "Mobil mater. Licin banget jalannya."

Kamipun tak lagi berkata-kata.

*Fajarullah adalah Ketua DPC PPP Kabupaten Mesuji.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.