Pendekar Adhyaksa Baharuddin Lopa
Kemarahan Menteri Koperasi/Kapala Badan Urusan Logistik (Kabulog), Bustanil Arifin tak terbendung. Kepala Dolog Kalimantan Barat (Kalbar) mengatakan dia sedang menghadapi tuduhan korupsi dari Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kalbar, Baharuddin Lopa dan tentu saja, ini tuduhan serius. Seperti yang sudah diperkirakan, kondisi ini akhirnya membuat Bustanil harus bersinggungan dengan Jaksa Agung kala itu, Ismail Saleh.
"Sebagai Kabulog saya minta Pak Ismail untuk memindahkan Pak Lopa dari Kalbar," tulis Bustanil dalam 70 Tahun H Ismail Saleh SH.
Bustanil juga menyebut kalau Ismail Saleh tidak begitu saja menerima permintaan itu. "Beliau malah meminta untuk memindahkan Kabulog Kalbar dan itulah yang akhirnya disepakati: Lopa dipindah dari Kalbar, Kadolog pindah juga," kenang Bustanil.
Belakangan, Bustanil akhirnya bertemu dengan Lopa dan sempat dibuat tercengang: "Pak Lopa orang yang keras dan jujur dan karena kejujurannya itu, dia tidak mau kompromi. Tidak ada toleransi atas penyelewengan yang terjadi. Rumahnya juga sederhana," tulis Bustanil.
Menjadi penegak hukum sejak muda hingga wafat, Baharuddin Lopa adalah satu dari sedikit teladan korp adhyaksa di negeri ini. Jabatan tingginya sebagai Jaksa Agung yang ia duduki pada 2001, sama sekali tak membuatnya silau. Ia bahkan melarang istrinya, Indrawulan, menggunakan kendaraan dinas untuk berbelanja ke pasar. Dia tetap menolak peluang memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Dia terus dikenang meski jasadnya sudah tertimbun tanah.
Dari buku Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa, kita bisa melihat bagaimana Lopa harus menyisihkan gajinya receh demi receh --dalam sebuah celengan-- untuk merenovasi rumahnya di Makassar. Padahal sebagai pejabat negara, dia bisa saja memanfaatkan jabatan untuk mengumpulkan uang dengan lebiih mudah. Apalagi uang dari menabung di celengan itu, nyatanya, tetap saja tidak cukup.
Sebagai tambahan, Lopa membuka wartel dengan lima bilik telepon dan penyewaan Playstation. Dia juga kerap menulis di kolom berbagai surat kabar dan mendapatkan honor yang tentu saja tidak berjumlah besar. Dari sinilah Lopa mendapatkan seseran.
Alif We Onggang dalam buku Lopa yang Tak Terlupa menyebut Baharuddin Lopa sebagai pendekar hukum atas karismanya yang berani membedah kasus-kasus korupsi kelas kakap. Dia menolak segala bentuk pemberian hadiah dan pernah menjebloskan mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, Bob Hasan. Dia juga mengusut kasus pengadaan Al-Qur'an fiktif yang menyangkut sahabat karibnya, Kepala Kanwil Agama Sulawesi Selatan, Badawi.
Baharuddin Lopa tahu, penegakan keadilan — juga kewajiban untuk mempertahankannya — bukan melulu soal moral dan cinta. Dia adalah garis lempang yang tak kalah mulia ketimbang kursi kekuasaan di mana para pemilik kedudukan itu adalah orang-orang yang bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa melakukannya. Karena itulah, dia kemudian berkata: “Kendati kapal akan karam, hukum dan keadilan tetap harus ditegakkan. Beranilah meski sendirian!"
*Fajarullah adalah Ketua DPC PPP Kabupaten Mesuji.
Post a Comment