Catatan Fajarullah*
SAYA mendapatkan cerita tentang Ibu Pori --selanjutnya saya sebut Pori Karlia-- sebagai perempuan pendamping yang tangguh atas sosok suami yang juga sama gigihnya dari Yopi Aswin, salah satu kerabat Penjabat (Pj) Bupati Mesuji, Sulpakar, di Way Kanan. Dia seorang PNS Badan Narkotika Nasional (BNN) kabupaten itu yang tekad besarnya dalam melawan peredaran narkoba tampak jelas di garis wajah. Yopi adalah sosok yang lembut dan pendiam.
"Bukan cuma Bapak (sebutan Yopi untuk Pj. Bupati Sulpakar)," ucap Yopi saat saya berkunjung ke Desa Bandar Dalam beberapa waktu lalu. Ada pekerjaan hunting yang mengharuskan saya bertemu dengannya dan itu terkait proses penggarapan buku biografi Pj. Bupati Mesuji yang juga Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Sulpakar. "Ibu (panggilan Yopi untuk Pori Karlia ) juga adalah sepasang tangan Tuhan yang telah menyelamatkan masa depan saya."
Yopi kemudian menceritakan bahwa, dulu, semasa sekolah, saat Sulpakar masih bertugas sebagai Lurah di Kedamaian, dia memang telah menjadi bagian dari keluarga itu dan hidup bersama. Dari sanalah ia makin mengenal dari dekat sosok Pori Karlia sebagai seorang isteri yang selalu tanggap dengan semua keputusan yang diambil suami, lalu ikut menjaganya.
"Ibu tak pernah membeda-bedakan antara kami dan anak-anaknya. Bagi beliau --dan itu yang juga diakui oleh beberapa orang selain Yopi-- semua anak yang sedang hidup bersama di rumah mereka adalah bagian dari keluarga yang juga sama pentingnya," kenang Yopi.
Yopi sendiri sudah lama ditinggalkan oleh ayahnya hingga ia hanya hidup bersama ibu yang masih saudara kandung Sulpakar. Dulu, sebelum menikah dan memiliki tempat tinggal sendiri, bersama ibunya, Yopi menetap di sebuah rumah panggung yang membelakangi sungai besar dan itu adalah rumah wasiat sang ayah sebelum beliau wafat.
Selain Yopi Aswin, dari Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Simpang Pematang, Mira Fitriana Belly Oscar, saya juga mendapatkan kesan lebih jauh tentang figur Pori Karlia yang bukan hanya panutan tapi juga sosok ibu dengan segala sifat keibuan. "Beliau pengayom," kata Mira. "Tidak membeda-bedakan antara kader PKK senior atau yang milenial dan itu sangat terasa."
Dia juga selalu menghindari memposisikan diri sebagai 'orang atas' dengan lebih menjunjung sikap ing ngarso sung tulodho (di depan menjadi teladan), ing madyo mangun karso (di tengah membangun motivasi) dan tutwuri handayani (di belakang memberi dorongan).
"Mungkin karena beliau seorang guru, jadi, konsep trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara terus terbawa dalam kehidupan keseharian," imbuh Mira.
Ditambahkannya, selama kepemimpinan Pori Karlia, PKK Mesuji menjadi semakin aktif sebagai gerakan pendukung bagi program pembangunan di Bumi Ragab Begawe Caram.
"Kondisi ini juga berdampak pada kebaruan wawasan para kader di semua lapisan," ujar Mira. "Dalam hal ini, beliau adalah sosok teladan bagi semua kader PKK di Mesuji."
Gerakan Ruhani Qurota 'Ayun
Tentu saja, Mira Fitriana tidak sedang mengingau dengan ucapan itu. Di tangan Pori Karlia, PKK Mesuji memang terus menggulirkan beragam program yang salah satunya adalah Pengajian Qurota 'Ayun, gerakan yang dilaunching saat Sulpakar baru tiga bulan menjabat Pj. Bupati Mesuji.
Pori mengatakan, ide pengajian itu muncul dari gagasan ibu-ibu penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Mesuji dengan tujuan membentuk wahana silaturahmi sekaligus penguatan keimanan terhadap Allah Subhanahu wat'ala, Tuhan Yang Maha Esa.
"Baik di tingkat PKK desa, kecamatan dan kabupaten," ujar dia. "Juga kebersamaan bagi masyarakat secara luas sebab program ini juga adalah sarana penyebaran informasi tentang pembangunan Mesuji yang sudah dan sedang berlangsung."
Di Masjid Wisata Religi Simpang Pematang, acara serupa itu digenapi dengan pemberian sejumlah bantuan pada anak-anak beresiko stunting juga penyandang kondisi sosal lain.
"Saya berharap, keharmonisan sebagai warga akan terus terpelihara dengan baik melalui pengajian ini," ungkap dia seolah hendak mengatakan bahwa, keharmonisan adalah kekuatan penjaga ruhani paling dasar, peguat jiwa tak tertundukkan yang akan merasuki rasa semua orang secara pelan hingga siapa saja akan terlelap pada suatu malam lalu terjaga secara segar pada puluhan tahun kemudian.
Sisi Cinta Kaum Ibu
"Ajari anak-anak untuk selalu menanamkan sikap sopan santun!"
Pada hari yang lain dalam sebuah sosialisasi terkait pentingnya pola asuh sehat sejak dini, Pori Karlia menegaskan kalimat itu sebagai sebuah penekanan bagi semua orang tua dalam mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Ia juga mengatakan bahwa sikap anti-KDRT harus terus disuarakan sebagai upaya mewujudkan generasi emas 2045.
"Lakukan pendekatan pada perbaikan kualitas hubungan dan emosi positif sebab seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya: ia harus memiliki pengetahuan yang cukup dan itu tak terbantahkan."
Dalam konteks ini, dia juga mendorong agar semua anggota PKK Mesuji dapat menjadi agent of change di lingkungannya yang untuk upaya itu, bertepatan dengan Hari Kesatuan Gerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (HKG PKK) ke-52, maka digagaslah gerakan tanam cabai serentak yang juga dilakukan secara virtual bersama Tim Penggerak PKK Pusat.
"Kita ingin kegiatan ini menjadi inspirasi agar masyarakat terutama kaum ibu dapat terlibat lebih aktif dalam dunia pertanian," kata Pori. "Yakni dengan cara berusaha memanfaatkan lahan yang tersedia untuk meningkatkan produksi lokal."
Melalui gerakan menanam cabai, ketahanan pangan keluarga diharapkan akan terbentuk secara masif selain juga mendorong para pelaku PKK untuk terus menjadi pemberdaya keluarga secara mandiri.
Seperti gepak sayap kupu-kupu yang terbang dalam tuntunan naluri bunga, Pori Karlia terus menjadi pendamping setia dalam rentang pajang perjalanan karier Sulpakar sebagai Bupati Mesuji. Tuhan seolah memang sengaja mempertemukan ia dengan anak Desa Bandar Dalam itu yang sejak pertama kali mereka memutuskan untuk meretas jalan bersama, ia segera disesatkan oleh cinta.
*Fajarullah adalah Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Mesuji.
Post a Comment