Catatan Fajarullah*
Tempoindonesia.com. DUA puluh empat tahun lalu, I Made Agus Wirawan, siswa SMUN 1 Bangli, untuk pertama kalinya meraih medali emas Olimpiade Fisika Internasional mewakili Indonesia di Universitas Padua, Italia. Dia anak seorang pemahat yang tinggal di Bali dan segera menjadi kebanggaan bersama terlebih setelah ia juga berhasil memboyong The First Step to Nobel Prize dari Institut Fisika di Polandia. Universitas Padua sendiri, konon, juga adalah tempat fisikawan dunia Galileo Galilei pernah mengajar dan mengembangkan ilmu fisika.
Titik kemenangan I Made Agus dalam perhelatan itu segera menjadi kotak pandora yang menyuburkan tekad Indonesia dalam mengirimkan kontingen pada level berkelas internasional yang pada gilirannya terus berlangsung hingga detik ini.
Pertanyaan yang tersisa adalah: siapa yang berada di balik Made Agus? Adakah sosok penentu dan penting? Atau hanya sebuah kebetulan?
Jawaban atas pertanyaan itu kembali menggelitik saya beberapa hari terakhir sebab nama yang sama, atas hal yang juga mengejutkan, sekali lagi, kembali mencuat: Prof. Yohanes Surya, Doktor College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat yang sejak lulus sebagai sarjana fisika UI memang sudah menisbatkan diri bagi kebangkitan dunia riset dan pendidikan. Hingga tahun 2023 ini, dia setidaknya telah mendidik 100 siswa peraih medali emas olimpiade serupa dengan tak kurang 200 anak sudah diorbitkan. Universitas yang ia dirikan melalui Yayasan Teknologi Indonesia (YTI), Surya University adalah kampus berbasis riset pertama di dunia yang memberikan beasiswa hampir dari setengah mahasiswanya sejak tahun 2013.
Maka ketika beberapa hari lalu seorang kolega mengirimi saya link berita terkait upaya Penjabat (Pj) Bupati Mesuji, Sulpakar, yang tengah menjalin kerjasama dengan Prof. Surya berkenaan inovasi pembelajaran di sekolah, saya segera tercenung. Bagaimanapun, ini adalah langkah cerdas yang layak diapresiasi. Ini keren --setidaknya sebagai upaya peningkatkan sumber daya pelaku pendidikan di Mesuji yang cepat atau lambat juga pasti akan berimbas pada kecerdasan para siswa. Langkah ini, dengan gerakan fisik yang juga terus diusahakan, adalah bentuk keberpihakan atas masa depan generasi Mesuji saat ini dan pada masa sesudahnya.
“Namanya Metode Gasing,” kata Kepala Dinas Pendidikan Mesuji, Andi S Nugraha dan yang dia maksud adalah sistem pembelajaran gampang, asyik dan menyenangkan khas Prof. Surya yang sedang dikerjasamakan.
Menurut Andi, nantinya beberapa sekolah akan mengirimkan satu guru dan dua siswa untuk mengikuti konsep pelatihan ini dengan tutor dari Yayasan Teknologi Indonesia dan itulah salah' satu kesepakatan yang sudah ditandatangani Bupati Sulpakar.
Mengutip gasingbooks.com, metode Gasing adalah sebuah pola yang mengajak anak-anak bereksplorasi agar lebih mudah mengaplikasikan konsep yang diajarkan. Salah satu ciri metode ini adalah, anak-anak akan dapat melakukan perhitungan di luar kepala dengan mencongak, secara lebih cepat. Anak-anak juga akan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal cerita dengan pendekatan logika tanpa perlu menghafal rumus yang justru acap mengaburkan esensi permasalahan. Dan, lebih dari itu, melalui metode ini, peluang anak-anak Mesuji untuk bisa ikut dalam ajang olimpiade dunia sebagaimana Made Agus, dengan sendirinya menjadi sangat terbuka.
"Mohon doa," kata Bupati Sulpakar terkait gerakan ini. "Semoga apa yang kita harapkan dapat terwujud," dan, tentu saja, itu adalah keinginan yang cukup serius.
BTS Untuk Desa Tua
Sebagai optimalisasi perlakuan terhadap desa tua di perairan Mesuji, beberapa waktu lalu, Sulpakar juga telah meresmikan operasional perdana Base Transceiver Station (BTS) tower pemancar seluler di salah satu desa tua di Kecamatan Tanjungraya, Sri Tanjung. Bukan hanya memudahkan arus informasi, pemancangan ini diharapkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat di tiga desa bergandengan yakni Sri Tanjung, Tanjung Harapan dan Kagungan Dalam.
"Sarana komunikasi yang makin baik akan menjadi sumber pengetahuan melalui dunia maya dan Internet,” kata Sulpakar.
Dengan ketinggian mencapai 30 meter, jangkauan jaringan signal BTS diharapkan juga bisa menembus desa-desa luar perairan dan desa perbatasan terdekat.
Tak Henti 'Berburu' ke Pusat
"Demi mesuji, semua badan pegel, Jar. Gak ada hentinya."
Itu adalah jawaban Bupati Sulpakar melalui WhatsApp saat saya menanyakan kapan beliau ada di Bandarlampung. Untuk yang kesekian kalinya, saya terlambat lagi sebab posisi beliau sudah berada di Jakarta.
Kepala Bidang Bina Marga (Kabid BM) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Hendra Oktavandi, merinci Ikhwal perjalanan demi perjalanan itu dengan menegaskan kalau saat ini, Pemkab Mesuji makin gencar mengajukan bantuan pada pemerintah pusat terutama untuk kegiatan fisik tahun 2024. Ada tiga ruas jalan yang sedang menjadi fokus yang salah satunya berlokasi di ruas exit tol Desa Bumi Harapan-Simpang Asahan.
"Ada 15 ruas jalan yang masuk long list di Aplikasi Inpres. Dua ruas pada tahun 2023 ini dan pada tahun 2024 sebanyak empat ruas," terang Hendra.
Ditambahkannya, pelaksanaan kegiatan survei rencana pembangunan jalan Inpres bersama Tim P2JN Wilayah Lampung, Konsultan Dinas Provinsi Lampung dan Pelaksana Kegiatan juga sudah berjalan.
“Pihak Swasta kita libatkan. Seperti misalnya di ruas jalan Mekar Jaya-Bujung Buring oleh Perusahaan PT. Sumber Indah Perkasa. Penimbunan jalan berlubang dan yang mengalami kerusakan menggunakan material CSR dari PT. SIP mulai dari perempatan Jalan Selamat Datang tepatnya di depan Pos Odol Dishub. Kemudian perbaikan peningkatan akses Simpang Penangkis Kecamatan Mesuji Timur dilakukan bersama PT. Russelindo Putra Prima,” kata Sulpakar.
Sejak 14 bulan masa jabatan, Sulpakar memang terlihat terus bergerak, berinisiatif, juga memacu inovasi sebagaimana tekad yang kerap ia sampaikan hingga kelak, atas semua itu, kita mungkin akan bertanya.
*Fajarullah adalah Penulis dengan nama pena Fajar Mesaz. Aktif sebagai Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Mesuji.
Post a Comment