Maka Demikianlah Cinta/Catatan Fajarullah*
Dengan gestur dan bahasa membuang jumawa, menanggapi perolehan itu, Sulpakar kemudian mengatakan kalau keberadaannya sama sekali tak sama dengan Bupati pada umumnya sebab ia adalah Bupati birokrasi yang kapasitasnya selalu akan berada dalam bimbingan dan arahan Gubernur Lampung sebagai muara.
Alih-alih membahas tentang apa yang akan dilakukan sesudah ini, umpama oase, Sulpakar justru memanfaatkan kesempatan itu untuk meneguhkan posisi Mesuji yang, menurut pengakuannya, sempat membuat hatinya berdebar saat pertama kali ditetapkan sebagai Pj Bupati.
"Karena Mesuji ada dua hal yang terkenal: kalau tidak kena santet, ya, kena racun," kata Sulpakar seakan ingin mempetegas bahwa, dua stigma negatif itu, selama ini, sudah lazim terngiang di telinga sebagian besar orang termasuk dirinya.
Dalam sambutan itu, Sulpakar mengaku bahwa, faktanya, setelah ia mulai berada di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Tulangbawang Barat pada sisi Selatan ini, semua kabar miring tersebut sama sekali tak terbukti dan untuk menggambarkan betapa terangnya argumentasi tentang hal ini, ia lantas mencontohkan sebuah ivent jalan sehat yang digelar dalam HUT Mesuji ke-14 dengan pelibatan lima belas ribu masa yang dia dan Kapolres sudah bersepakat untuk tidak melibatkan polisi kecuali hanya mengatur lalu lintas saja.
"Alhamdulillah," kata Sulpakar. "Semua berlangsung dengan aman."
Dia pun menjelaskan, hal yang sama juga terjadi dalam gelaran Musabaqoh Tilawatil Qur’an Provinsi Lampung ke-49 yang acara pembukaannya dihadiri masa jauh lebih banyak bahkan melibatkan kafilah 15 kabupaten kota. Meski mengaku hatinya kembali berdebar sebab kegiatan sebesar itu sama sekali tanpa kehadiran pasukan Polda Lampung, pada kenyataannya, semua kekhawatiran tentang hal buruk Mesuji, hingga perhelatan itu benar-benar berakhir, sekali lagi, sama sekali tak terbukti.
"Malam itu, Pak Gubernur bahkan sempat menyanyi 12 lagu dan begitulah situasional yang sesungguhnya terjadi," Sulpakar mengisahkan.
Mewakili masyarakat Mesuji, dalam waktu yang tersedia cukup luang itu, ia juga menyampaikan ungkapan terimakasih sebab meski dalam masa jabatannya sebagai Pj Bupati Mesuji yang belum genap setahun, setidaknya, Gubernur Arinal sudah tiga kali mengunjungi wilayah itu dengan satu kata kunci: kesemuanya berakhir dengan aman.
Menilik dari cara Bupati Sulpakar menarasikan beberapa kenyataan itu, saya lantas berpikir: dengan atau tanpa sadar, muara atas semua ini sebenarnya adalah masyarakat Mesuji yang atas stigma buruk yang terus mengepungnya itu, sejatinya justru sedang berada dalam keinginan luar biasa untuk terus bangkit mensejajarkan diri dan itu benar.
Oleh karenanya, ungkapan Sulpakar yang mengatakan anugerah itu hanyalah cara Bung Mico mengungkapkan rasa empati, sungguh harus ditolak: penghargaan itu, bagaimana pun sudut pandangnya, sebenarnya adalah penegasan tentang tekad untuk bergerak bersama maju semua dengan satu idiom: tanpa rasa takut!
Sebab begitulah cara cinta mengatasnamakan dirinya.
*Fajarullah adalah penulis dengan nama pena Fajar Mesaz. Aktif sebagai jurnalis, inisiator Riset Pertanian Mandiri Q-Farmer, Ketua Pemuda Muhammadiyah dan Ketua DPC PPP Kabupaten Mesuji.
Post a Comment