Sulpakar Menyulam Warna
*Opini Fajarullah
Di bawah sinar pagi, di antara arakan mendung cokelat tua di langit muram, karena saya hadir dalam acara jalan sehat Pemkab Mesuji di alun-alun Simpang Pematang pagi itu, seseorang berkata pada saya bahwa jumlah peserta kali ini bisa dibilang agak menurun. Dia kemudian membandingkan dengan perhelatan yang sama di tahun-tahun sebelumnya dan dia terlihat serius sekali dengan pendapat itu. "Memang menurun," kata saya, "kecuali warna dan rasanya sebab kita bahkan bisa melihat beragam sudut atas sebuah perhelatan."
"Tapi ukuran kegiatan seperti ini bukan warna tapi jumlah."
"Menurut saya tidak selalu," kata saya lagi, "sebab ada kalanya faktor alam juga tak mungkin ditampik," dan perdebatan pun segera terhenti.
Saya tahu, dalam hal ini, saya juga memiliki pendapat berbeda yang belum tentu akan disepakati dan itu bukan semata soal jumlah tapi juga 'warna' --saya tidak mengatakan jumlah peserta jalan sehat itu tidak penting sebab keduanya adalah hal yang memang berbeda.
Menurut saya, perhelatan pemerintah yang bagus, selain dia mesti memikat, penting juga menyiratkan pesan cinta yang dengannya orang akan tahu bahwa sebuah warna yang terang memang sedang dibangun. Dalam beberapa hal, dia bisa berbentuk kolaborasi mendalam dengan versi yang belum pernah dilakukan atau yang sudah pernah dilakukan tapi gagal --dan warna itu, sebagian besarnya, adalah model komunikasi yang dikelola dengan segenap rasa yang di mata saya justeru sedang dibangun oleh Penjabat (Pj) Bupati Mesuji, Sulpakar, hari ini.
Berawal ketika ia berkata, "pelepasan jalan sehat ini akan dilakukan oleh Ibu Ketua DPRD Mesuji!" Lalu kepala mikrofon dalam genggamannya segera mengarah pada Elfianah yang sedang meluruskan pengangan tiang bendera sebelum kemudian terdengar mulai berhitung: "Satu, dua, tiga, empat... Lima!"
Peserta bersorak. Barisan bergerak. Keceriaan wajah setiap orang lantas tertumpah melampaui cahaya mendung yang makin tersibak.
Sulpakar telah memberikan ruang itu, di hadapan semua wajah, dan dia benar-benar memposisikan diri sebagai mediator untuk memaknai apa yang dia sebut dengan 'Bergerak Bersama, Maju Semua.'
Sesi pembagian hadiah adalah momen yang kembali menyuguhkan warna memukau dengan kehadiran Mantan Bupati Mesuji, Saply TH: ia turut naik ke atas panggung dan Sulpakar menggandeng tangannya. Ia diberi ruang untuk menyerahkan hadiah --dengan dampingan Sulpakar dan isteri--
sebelum kemudian menyempatkan berfoto bersama dan kembali menuruni panggung dengan diikuti para pejabat aktif lain termasuk Sekda Syamsuddin.
Pada momen jalan sehat yang disebut berjumlah peserta paling menurun itu, kita justeru mendapati siluet amat teduh yang mungkin belum lama ditemukan: kemerdekaan tidak saja menjadi milik ring satu atau seribu tapi milik semua ring, dengan ekspresi lepas dan penuh kebebasan --dan inilah makna hari jadi!
Beberapa hari sebelum itu, masih dalam momen ulang tahun Kabupaten Mesuji ke-14, warna cinta juga terasajikan dalam gelaran munajad syukur dan lokasi yang dipilih adalah Wiralaga.
Sulpakar berkata, pertimbangan memilih desa ini adalah karena leluhur pendiri Mesuji, Pangeran Mad, pernah tinggal di sini dan makamnya kini terus menjadi tempat ziarah bagi masyarakat luas.
"Kepada Allah kita berdoa, semoga amal ibadah beliau adalah jalan yang akan menempatkan beliau sebagai penghuni surga," ucap Sulpakar.
Bagi generasi penerus yang ditinggalkan, Sulpakar juga melangitkan munajat agar diberi keberkahan untuk membangun Kabupaten Mesuji ke arah lebih baik, dengan segenap warna, juga kebersamaan.
Potret manis menjaga warna ala Sulpakar juga kembali terlihat dalam perhelatan ulang tahun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ragab Begawe Caram (RBC) yang meski acaranya sempat dikritik para awak media sebab dipandang terlalu ekslusif, tetapi tetap saja, perhelatan itu juga menyisakan pesan cinta yang melampauinya: bersama mantan Bupati Saply TH, Sulpakar melakukan senam bersama dengan simulasi saling memegang bahu dalam wajah penuh cinta, juga tawa paling renyah.
Tak satu pun tulisan media --yang memang keterlibatannya di acara itu sangat sedikit-- sempat merekam apa yang menjadi perbincangan keduanya kala itu, tapi dari sejumlah foto yang di-posting Dinas Kominfo dan Bagian Prokompim, jelas terlihat, keduanya seolah terus bersepakat atas satu hal dan itu tak kalah pentingnya: menjaga warna.
Pj. Bupati Sulpakar juga mungkin akan memoleskan warna cinta yang sama pada para tokoh Mesuji yang tergabung dalam Panitia Persiapan Pemekaran Kabupaten Mesuji (P3KM) pada suatu hari nanti, yang selama ini selalu berdiri di sudut senyap, menatap di kejauhan. Terlebih, dari informasi terakhir yang saya peroleh, salah satu di antara beliau yakni Kapten (Purn) Sariaman, kini sedang terbaring sakit akibat stroke.
Hari ini kita melihat ruang penuh warna itu kini telah terbuka, atas nama bangkit bersama, untuk mentasbihkan spirit maju semua, tanpa rasa ragu.
Dan Sulpakar terus menyulam Warna itu dengan tekad dan caranya yang kadang mengejutkan, baik saat sedang sendiri atau bersama-sama, atasnama cinta.
*Fajarullah adalah aktivis, jurnalis dan penulis dengan nama pena Fajar Mesaz, Ketua DPC PPP Kabupaten Mesuji.
Post a Comment