Header Ads

Pesan Cinta Untuk Alesha

TempoIndonesia.net

Kegelisahan Tarno (25) seketika terobati ketika Kepala Desa (Kades) Adi Mulyo Kecamatan Panca Jaya, Sulistiani, mengatakan bahwa seseorang telah menjamin pembiayaan operasi persalinan isterinya tepat saat ia benar-benar sedang panik: kartu BPJS untuk keperluan sang istri, Siti Maesaroh (19)  baru bisa aktif beberapa hari ke depan tapi biaya operasi  persalinan dengan jumlah yang cukup mengentak sudah tergambar di depan mata. Ia hanya seorang buruh serabutan yang sedang membayangkan sebuah ujian besar. Ia seperti selembar kapas yang tak pernah kuasa menolak turunnya hujan.

Kades Sulistiani, yang sejak awal sudah dimintai pertolongan, juga ikut berjibaku atas kondisi itu. Ia Kades perempuan tangguh yang sangat mengerti bahwa, warganya ini harus segera ditolong bagaimanapun caranya. Ia terus berpikir keras tentang hal itu dan ia sungguh sadar bahwa dalam posisi ini,  dia juga bahkan sedang dalam keadaan tak berdaya.

"Kalau dihitung-hitung habisnya bisa belasan juta dan saya sendiri belum bisa membantu," kisah  dia.

Sampai kemudian, dengan ekstrim dia mulai berpikir untuk meminta bantuan pada  sosok yang sungguh di luar dugaan Tarno dan isterinya.

"Pak Bupati Sulpakar yang akan membantu  kita," kata Kades Sulistiani dan Tarno yang tersentak hampir menutup mulut meski  suaranya segera menjadi  tenang. Lebih dari itu, mendung di keningnya perlahan terlihat memudar.

"Dan kalau Mas dan Mbak setuju, beliau juga mengusulkan sebuah nama."

"Untuk bayi kami?" tanya Tarno.

"Ya. Bisa dibilang, nama itu juga adalah semacam hadiah. Apakah Mbak dan Mas setuju?"

Di antara wajah yang makin menemukan kepercayaan, Sutarno perlahan mengangguk. Beragam perasaan datang melingkupi lelaki kalut ini dan ia igin sekali  mengucapkan banyak hal tapi tak tahu harus memulai dari mana. Beban yang membandul di kepala dan sempat merayap ke semua sudut perasaan perlahan terasa memudar: keajaiban telah datang dan itu terkait  isteri dan bayinya.

"Pak Bupati akan memberi nama siapa?"

"Alesha Shatara Hasna," jawab Kades Sulistiani. "Alesha artinya selalu dalam lindungan Allah; Shatara artinya ramah; Hasna artinya cantik."

Kades Sulistiani berkata sambil menggerakkan wajah dan ia benar-benar tak dapat menyembunyikan kebahagiaan atas hal yang baru saja disampaikan.

***

Begitulah. Hari itu sebuah kado terindah menghampiri pasangan buruh serabutan itu begitu saja. Tanpa perencanaan. Tiada aba-aba. Tidak pula atas sebuah rekayasa. Dan pada saat ia mulai menyadari kenyataan itu, dilihatnya, sang isteri, Siti Maesaroh, tak jeda menggigit bibir di atas zal Rumah Sakit RBC.

Semua bermula ketika isteri Tarno, Siti Maesaroh  mulai terasa akan melahirkan. Tarno kemudian mengajak sang istri ke Puskesmas terdekat dengan bermodal kartu BPJS yang ternyata sudah tidak aktif lagi dan itulah masalahnya. Seketika itu juga keduanya menjadi panik hingga dunia seolah berubah gelap. Mereka tak tahu harus berbuat apa.

"Saya bingung harus mengadu ke mana dan harus bagaimana," kenang Tarno.  "Dan karena terus memikirkan beban biaya yang harus disiapkan, saya akhirnya mendatangi Bu Kades Sulistiani."

Pada Kades Adi Mulyo itu, Tarno menceritakan kesulitan yang dialaminya terutama terkait kartu BPJS yang non aktif sedangkan istrinya akan segera melahirkan.

Kades Sulistiani Kemudian berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Mesuji yang meski pun dapat memfasilitasi pengaktifan kartu BPJS itu, tetap saja keduanya harus menunggu selama beberapa hari.

"Persoalannya, kondisi kelahiran itu tidak mungkin ditunda," ujar Kades Sulistiani. "Karena itulah, saya kemudian berinisiatif untuk membawa Mbak Siti ke RS RBC sambil terus berpikir tentang solusi biaya yang juga harus dipersiapkan."

Dalam keadaan sama-sama kebingungan itulah, Kades Sulistiani tiba-tiba teringat pada Penjabat (PJ) Bupati Mesuji, Sulpakar yang sebelum ia benar-benar memutuskan untuk menyampaikan kondisi itu,  perasaan ragu tak henti menghantui hati kecilnya.

"Saya berpikir, bagaimana pun saya harus mencobanya dan saya benar-benar mengumpulkan semua keberanian saat mengambil keputusan itu," kisah Kades  Sulistiani.

Tak dinyana. Dewi Fortuna ternyata benar-benar sedang berpihak. Meski hanya melalui WhatsApp (WA) Bupati Sulpakar rupanya menyambut keluhan itu lebih cepat dari yang diperkirakan bahkan dengan kalimat cukup melegakan:

Kalau RS tidak bisa mengatasi, nanti  biar saya yang bayar semua.

Mengetahui kabar yang mengentak itu, dengan semua kalimat yang nyaris hilang di tenggorokan, kedua mata Tarno dan isterinya seketika sembab lalu berkaca-kaca.


"Ini sungguh hadiah istimewa," bisik Tarno seolah bergumam. "Saya sekeluarga hanya bisa membalas dengan doa. Tak lebih dari itu."

Maka demikianlah. Pesan cinta itu kemudian bergulir  dengan takdirnya sendiri. Menggelinding. Seolah hendak berkata: Tumbuhlah dengan kuat,  Alesha. Jadilah setangguh karang. Seperti perjalanan orang-orang terbaik di masanya!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.