Smart School di Batas Kota (Bagian 1)
TempoIndonesia.net
Laporan: Fajar/F1
Pernah nonton The Ron Clark Story? Film ini dirilis pada Januari 2006. Berkisah tentang sosok Ron Clark, seorang guru muda asal New York yang diperankan Matthew Perry. Ia berhasil mengubah perilaku bengal siswa Harlem Elementary School meski Kepala Sekolah, secara tegas, sempat meragukan metodenya.
"Kalian akan memanggilku, Pak. Bukan hey, anjing atau bodoh!"
Demikian ucapan Ron yang cukup mengusik untuk menggambarkan bertapa tak beradabnya sikap para siswa. Ron bahkan sempat dibiarkan sendirian dalam kondisi kelas yang kosong dan anak-anak itu meninggalkannya sambil mencaci maki.
Film yang diangkat dari kisah nyata ini, dengan beragam ketegangan dan intrik di dalamnya, kembali membayang di benak saya ketika Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Sulpakar ---dalam kapasitasnya sebagai Penjabat Bupati Mesuji-- menyentil tentang Gerakan Guru Mengabdi bagi para pengajar SMA di Lampung. Ia mengungkapkan hal itu di sela-sela kunjungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mesuji dan beberapa lembaga otonom Muhammadiyah.
Dikatakan Sulpakar, program ini bisa disebut sebagai yang pertama di Indonesia di samping adalah implementasi janji kerja Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Lampung.
Lewat beragam media sebagai referensi, saya segera mengetahui bahwa Sulpakar sangat serius dengan pernyataannya. Anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Deni Ribowo, bahkan sempat menyampaikan apresiasi dan meminta agar ke depan, jangkauan program ini dapat diperluas hingga menyentuh semua lapisan kabupaten/kota di Lampung.
"Sayang sekali kalau hanya diterapkan di beberapa kecamatan saja," ujar Deni. "Program ini sudah layak ditopang APBD Provinsi Lampung."
Pada Minggu 2 Oktober 2022, gerakan yang terhimpun dalam Program Smart School Gubernur Lampung ini melepas 121 guru SMA dari Kota Metro, Bandar Lampung, Pringsewu dan Pesawaran. Dinas Pendidikan Provinsi Lampung menurunkan mereka untuk melakukan pengabdian di 40 SMA pada empat daerah berbeda --dengan kondisi dan lingkungan yang memprihatinkan dan minus -- yakni Kabupaten Mesuji, Way Kanan, Lampung Barat dan Pesisir Barat. Secara spesifik, mereka yang dikirm juga adalah para pengajar terbaik dan terfavorit di sekolah dan bidang studinya.
Di lokasi tujuan itu, para guru tersebut juga akan tinggal di rumah masyarakat setempat setidaknya selama program pengabdian berlangsung. Melalui kondisi ini pula, sedikit banyak, para guru diyakini akan mendapatkan pengalaman yang mungkin saja akan mudah untuk dilupakan tapi tidak untuk terus dikenang.
Guru Mengabdi dan Guru Magang
Dari Kepala SMAN 1 Simpang Pematang, Sururi, saya akhirnya mendapat gambaran lebih jauh terkait program ini. Sururi, pada saya dan Ketua PWI Mesuji, Apriadi serta jurnalis Lampung Post, Ridwan Anas, menjawab berbagai pertanyaan yang masih menggantung yang hal itu benar-benar terasa mengobati.
"Ini adalah gerakan yang menempatkan para guru kota untuk tinggal di daerah terpencil atau pelosok," kata Sururi. "Tujuannya, salah satunya, adalah agar mereka juga dapat merasakan bagaimana pahit getirnya mengajar di wilayah-wilayah ekstrim dan pelosok."
Dengan segala dinamika yang pasti akan membekas, kondisi ini, diharapkan akan menjadi spirit mengajar tersendiri bagi para guru dimaksud terutama setelah mereka kembali ke sekolah asal.
Di Mesuji, setidaknya ada lima sekolah yang menjadi tujuan gerakan ini, yakni SMAN 1 Rawajitu Utara, SMAN 1 Mesuji Lampung, SMAN 1 Mesuji Timur, SMAN 1 Pancajaya dan SMAN 2 Way Serdang.
Sebagai program kegiatan yang juga masih terbilang baru, untuk saat ini, semua pendanaan kegiatan murni ditopang oleh alokasi dana BOS yang penerapannya dilakukan secara gotong-royong.
"Transportasi perjalanan ditanggung oleh sekolah pengirim," lanjut Sururi. "Sedangkan untuk keperluan konsumsi selama di lokasi, sekolah yang dituju yang akan menanggung."
Secara singkat Sururi juga mengemukakan sebuah program berbeda yang pelaksanaannya cukup berkaitan dengan Guru Mengabdi yakni Program Guru Magang.
"Jika guru mengabdi adalah gerakan guru kota masuk pelosok maka guru magang adalah guru pelosok yang masuk ke kota," terang Sururi.
BERSAMBUNG
Post a Comment