Wawancara Khusus Kades Gedung Boga
TempoIndonesia.net. Pasca dilantik sebagai Kepala Desa Gedung Boga Kecamatan Wayserdang dua tahun lalu, Yulida Sri Wahyuni terus melakukan terobosan dan inovasi. Targetnya: memajukan desa Gedung Boga dan memberikan sebanyak mungkin ruang agar masyarakatnya bisa ikut berperan. Salah satu kegiatan untuk mewujudkan hal itu adalah mengaktifkan peran RK dan RT.
"Lewat lomba Administrasi Dusun oleh RK dan RT, misalnya, kami akhirnya memiliki data kependudukan yang ter-update secara rutin," kata Kades Yulida dalam sebuah wawancara khusus dengan Tempo Indonesia pada Kamis (1/9/22). Berikut petikan lengkapnya:
Sepertinya beberapa hari ini Desa Gedung Boga terlihat sangat sibuk; sedang menyiapkan sesuatu?
(Tersenyum) Ya. Sebentar lagi kami memang akan menyelenggarakan peringatan hari ulang tahun desa ke-40. Ternyata tak ada yang bisa benar-benar lepas dari mata wartawan, ya? (Tertawa).
Bisa diceritakan apa saja jenis kegiatan yang akan digagas?
Sebenarnya cukup banyak, ya. Seperti tahun sebelumnya, kami memang sudah terbiasa memanfaatkan peringatan HUT desa dengan menggelar beberapa jenis lomba yang bukan saja melibatkan masyarakat tapi juga aparatur desa tingkat RK bahkan RT.
Maksudnya RK dan RT juga menjadi obyek lomba?
Ya. Kira-kira seperti itu.
Lomba yang seperti apa?
Salah satunya, lomba tertib administrasi tingkat dusun atau RK yang juga melibatkan RT. Saya kira, bagaimanapun RK dan RT adalah ujung tombak bagi pergerakan sebuah desa dan peranan mereka bukan saja sangat penting tapi juga menentukan.
Apa kreteria penilaiannya?
Yang pertama tentu hal-hal yang berhubungan dengan admistrasi. Seperti misalnya kepemilikan denah wilayah dusun, update data jumlah Kepala Keluarga, update data penduduk laki-laki dan perempuan, update jumlah ibu hamil, jumlah balita, juga jumlah lansia. Selain itu ada juga lomba Siskamling dengan aspek penilaian: efektivitas jadwal ronda, keaktifan masyarakat dalam ronda serta fasilitas dan kondisi pos jaga.
Sepertinya yang menjadi obyek lebih kepada upaya yang dilakukan para RK?
Ya. RK dan RT. Seperti yang tadi saya sampaikan, bagaimanapun mereka adalah ujung tombak dari pergerakan sebuah desa yang paling aktif. Tapi tentu dengan tetap melibatkan masyarakat sebagai komponen yang juga tak kalah penting.
Apa motivasi dari kegiatan ini?
Selain untuk menumbuhkan minat berinovasi, ini adalah semacam strategi bersamaan untuk mendapatkan data kependudukan secara update tapi dengan cara terus menerus dan berkesinambungan.
Kegiatan yang lebih spesifik yang obyeknya benar-benar masyarakat secara umum?
Ada. Yaitu lomba Dusun Bersih dan Sehat. Aspek penilaiannya terdiri atas keberadaan sanitasi dan air bersih milik masyarakat, juga pengelolaan limbah rumah tangga dan kebersihan halaman rumah. Secara spesifik, kami juga menggelar lomba pemanfaatan pekarangan yang benar-benar menjadikan masyarakat Gedung Boga sebagai obyek utama.
Wawancara terhenti sejenak sebab Kepala Seksi Kesejahteraan, Hazilil Mubarok, muncul dari balik ruangan dengan membawa segelas kopi. Hari sudah mulai sore dan waktu sudah menunjukkan pukul 15.27 WIB. Hazilil memang sudah berada di sana dan hanya seorang diri bahkan sebelum Kades Yulida datang. "Kalau panasnya sudah berkurang, silakan diminum, Kak," kata Hazilil sebelum akhirnya kembali beranjak dan wawancara kembali berlanjut.
Beralih ke topik lain. Bagaimana dengan aktivitas kantor desa sebagai pusat pelayanan?
Kita selalu buka selama jam kerja. Setiap hari kecuali waktu libur. Hanya memang, khusus di waktu siang sampai sore, kita menerapkan jadwal piket. Artinya, mulai pagi hingga siang semua Kepala Seksi harus berada di kantor. Semua. Baru setelah siang sampai sore kita tetapkan jadwal piket agar kantor bisa tetap buka dan kebutuhan masyarakat bisa terlayani secara maksimal.
Bagaimana dengan kegiatan pembangunan? Bukankah pasca Covid-19, sebagian alokasi APBDES lebih dititikberatkan pada kegiatan pengentasan dampak Covid dan pemberdayaan?
Betul. Dan itu tak mungkin dielakkan. Hanya memang, kami juga memiliki pendapatan lain sesuai Perdes Gedung Boga yang pengalokasianya kita gunakan untuk mengoptimalkan pembangunan fisik.
Sudah berjalan?
Alhamdulillah sudah. Salah satunya adalah pembangunan tugu masuk desa yang pembiayaannya murni kita peroleh dari swadaya. Sedangkan dari surat menyurat jual beli tanah, misalnya, sesuai ketentuan Perdes, penggunaannya kita alokasikan untuk pembuatan dan pemasangan paving blok di seputaran halaman balai desa dan pembelian material drainase di seputar lapangan desa, sepanjang 300 meter. Kita hanya menyiapkan material dan alat sementara pengerjaannya dilaksanakan secara bergotongroyong, bergiliran tiap-tiap suku. Alhamdulillah saat ini sudah selesai dan hasilnya sudah bisa dilihat. Selebihnya, tentu pembangunan fisik dengan pendanaan APBDES.
Gotong royong di desa ini masih aktif?
Sejauh ini masih bahkan kita terus mendorong agar semangatnya tetap terjaga. Bagaimanapun, saya kira gotongroyong adalah budaya penting bangsa kita yang memang harus selalu dilestarikan atau bahkan diwariskan pada anak cucu kelak. Dari sisi inovasi, dalam konteks kekinian, menurut saya, kegiatan gotongroyong juga adalah aktivitas yang cukup inovatif.
Pewawancara: Tim TempoIndonesia.net
Post a Comment