Wawancara Khusus Kades Berasan Makmur
Tempoindonesia. Pasca dilantik sebagai Kepala Desa Berasan Makmur, Sri Wahyuni terus bergerak. Ia melakukan beberapa terobosan untuk mensiasati peningkatan keuangan desa juga pembangunan.
Untuk mengetahui lebih lanjut, Tempoindonesia mewawancarai salah satu Kades perempuan di Mesuji ini, di rumahnya, di bilangan Tanjung raya, (7/8/22). Berikut petikannya:
Apa kabar, Bu?
Sehat, Mas. Alhamdulillah.
Bisa diceritakan beberapa terobosan yang sudah dilakukan dalam upaya percepatan pembangunan di Desa Berasan Makmur?
Oh, ya, Mas. Terimakasih sebelumnya. Sejauh ini kita sudah menerbitkan beberapa Peraturan Desa (Perdes) tentang pungutan, sebagai produk hukum bagi kelangsungan pelayanan pada masyarakat. Belum sempurna memang, Tapi kita mencoba untuk terus bergerak maksimal.
Bisa diberi contoh salah satunya?
Tentang surat menyurat di desa. Ada item biaya yang kita tetapkan di sana sebagai penopang pendapatan desa. Kami juga mulai menerapkan Perdes tentang retribusi pasar Desa.
Sudah berjalan?
Alhamdulillah sudah. Retribusi pasar kita tetapkan per bulan per kios. Besarannya beragam sesuai kondisi. Kisarannya antara 20 sampai 30 ribu per kios.
Berarti sudah ada yang masuk ke kas desa?
Ya, Alhamdulillah. Dari retribusi pasar masuk ke kas desa perbulan dua juta, sejauh ini. Itu sudah bersih, ya. Di luar biaya operasional dan lain-lain.
Ini akan berlaku untuk seterusnya?
Tentu ada rencana dinaikan. Tapi sementara masih wait and see.
Bagiamana dengan sumbangan pengusaha lokal? Ada informasi Ibu juga menerapkan semacam kontribusi?
Oh, ya. Itu hasil kesepakatan kami dengan para pengusaha lapak baik singkong maupun sawit yang ada di Berasan Makmur.
Apa yang melandasi pemikir ini?
Tujuan besarnya adalah dalam rangka menggaet mereka agar ikut berpartisipasi membangun desa. Saya yang mengundang mereka. Dari hasil pembicaraan tersebut akhirnya diambil kesepakatan terkait kontribusi yang harus mereka keluarkan.
Per tahun?
Ya. Pertahun.
Dalam bentuk uang?
Nggak. Bentuknya material. Yang sudah berjalan sejauh ini adalah berupa Base
B. Per lapak 10 kubik.
Kenapa tidak berbentuk uang?
Pertama agar bisa langsung digunakan; kedua, untuk meminimalisir penyimpangan; ketiga, dan ini tak kalah penting, agar masyarakat juga langsung bisa melihat langsung lapak mana saja yang sudah berkontribusi.
Sudah berjalan?
Ya. Alhamdulillah. Meski belum semua, ya. Ada satu dua lapak yang belum memperlihatkan itikat baik. Tapi kita coba berprasangka baik dan memahami, sambil menunggu, tentu saja.
Ada yang memberi di luar ekspektasi?
Ya. Dan itu sempat membuat saya kaget; lapak Pak Miskari memberi satu tronton. Kapasitasnya kurang lebih 20 kubik.
Ada tanggapan tentang hal ini?
Tentu kita sangat mengapresiasi, ya. Khususnya atas jiwa sosial beliau yang saya kira di luar rata-rata. Secara pribadi dan atas nama pemerintah sangat berterimakasih.
Apa harapan berikutnya?
Atas sumbangan para penguasa itu?
Apa saja. Mungkin tentang hal lain?
Intinya saya tetap akan berinovasi sebab itu adalah pilihan yang harus dipilih. Selebihnya, saya berharap semua unsur masyarakat di Berasan Makmur bisa saling bahu membahu untuk membangun. Semua unsur. Termasuk para pengusaha lokal yang sampai detik ini masih belum tergerak.
Oke, Ibu. Terimakasih atas waktunya.
Sama-sama, Mas.
Pewawancara: F1
Post a Comment