Meneropong Nakhoda Mesuji 2024 (Bagian 1)
TempoIndonesia. Malam itu, Senin (1/8/22), pukul 20.00 WIB. Satu-persatu, pimpinan partai politik, tokoh masyarakat dan anggota DPRD Kabupaten Mesuji mulai memasuki Rumah Makan Hambakung yang dingin.Ketua Badan Kerjasama Pemuda Antar Gereja Mesuji, Juan Situmeang, datang pertama kali dengan ditemani beberapa awak media dan disusul Sekretaris DPC PDI Perjuangan Mesuji, Desta Ardianto serta dua Tokoh Pemuda Mesuji, Ali Yasir dan Apri Susanto. Ketua DPD II Partai Golkar Mesuji, Winarno mengikuti sesudah itu demikian juga dengan Ketua DPD Partai Nasdem Mesuji, Fuad Amrullah, Sekretaris DPC PKB Mesuji, Jhon Tanara, Ketua DPC Partai Demokrat Mesuji, Budi Susanto serta mantan ketua DPD PAN Mesuji, Agus Setio.
Hadir pula anggota DPRD Mesuji yang juga Sekretaris DPD II Partai Golkar Mesuji, Parsuki; Wakil Ketua DPC PPP Mesuji, Iwan Sunarya; Ketua PKN Mesuji, Ari Juliadi; Ketua Muslimat NU yang juga Ketua DPRD Mesuji, Elfianah. Sosok terakhir adalah satu-satunya tokoh perempuan yang sempat hadir malam itu.
Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Mesuji memang sedang menggelar sebuah diskusi spesial menyambut HUT RI dengan tema cukup menggelitik: Siapa Nakhoda Mesuji 2024? Dan untuk diskusi penting itulah, para tokoh dan pimpinan Parpol Mesuji hadir hampir secara bersama.
Bertindak sebagai moderator, anggota DPRD Mesuji, Jhon Tanara dan Ketua PWI Mesuji, Apriadi, mulai membuka sesi awal setelah lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan para peserta yang sempat berdiri sudah duduk kembali.
Ketua PDPM Mesuji, Fajarullah, dalam sambutan menekankan pentingnya membangun forum-forum diskusi semacam ini di Mesuji sebagai ruang untuk menyampaikan konsep, ide dan gagasan dalam rangka membangun Mesuji di masa mendatang. Fajar mengatakan, budaya diskusi yang baik pada dasarnya adalah jalan untuk melewati proses-proses demokrasi dengan rasa persaudaraan dan kebersamaan, secara terukur.
"Selain itu, diskusi juga adalah budaya beradab warisan para pendahulu kita dalam upaya membangun peradaban dalam berbangsa," kata Fajar.
Ketua DPD II Partai Golkar Mesuji, Winarno segera menyoroti pentingnya calon Bupati Mesuji ke depan memaknai filosofi Wiralaga Mulya sebagai dasar pemikiran dalam kepemimpinan. Bahkan, menurut Winarno, untuk menegaskan betapa pentingnya filosofi itu, sampai-sampai para pendiri Kabupaten Mesuji menyematkannya sebagai nama sebuah desa yang menjadi pusat perkantoran pemerintahan saat ini.
"Sebab memang, Wiralaga Mulya mengandung makna bawah, sosok pemimpin Mesuji hendaklah seorang ksatria yang berhati mulia dan tangguh," ujar Winarno.
Sementara itu Ketua DPRD Mesuji, Elfianah, menyakini bahwa pemimpin Mesuji ke depan haruslah orang yang menguasai medan dan memiliki tujuan membangun yang kuat serta mampu berinovasi.
"Dengan mengerti medan maka ia akan mengerti akar persoalan dan masalah," kata Elfianah. "Saya kira pondasi ini sangat penting agar kita tidak stagnan seperti waktu sebelumnya."
Terkait sumber daya alam, Elfianah mengatakan Mesuji juga memilki sumber daya alam berupa batu bara meski untuk proses eksploitasinya masih memerlukan kajian lebih dalam.
Elfianah juga menekankan pentingnya pemimpin ke depan memiliki akhlak yang baik.
Dua tokoh muda Mesuji, Ali Yasir dan Apri Susanto, mencoba menyoroti bahaya politik pengkota-kotakan yang harus dijauhi dan dihentikan.
"Di samping harus punya konsep, pemimpin Mesuji ke depan juga harus melayani dan bukan minta dilayani," ujar Ali Yasir.
Apri Susanto menimpali dengan mengatakan bahwa, sosok pemimpin tidak boleh sakit hati jika mendapat kritik dari rakyat yang ia pimpin. "Selain itu, Mesuji perlu sosok pemimpin yang tidak saja merakyat tapi juga berani!"
Fuad Amrullah, Ketua DPD Nasdem Mesuji, dalam sesi berikutnya menyampaikan pandangan terkait sosok yang harus mampu mengkonsolidasi masyarakat.
Dia juga mengemukakan prihal politik identitas yang seharusnya mulai dijauhi. Terkait konflik agraria yang hampir selalu mencuat, Fuad menekankan pentingnya keterlibatan Kepala Daerah.
"Saya kira, Bupati dan Wakil Bupati ke depan harus memiliki keberanian untuk melakukan komunikasi secara aktif pada pihak-pihak yang ada di pusara konflik demi kepentingan stabilitas daerah," urai Fuad. BERSAMBUNG
Laporan: Tim TempoIndonesia
Post a Comment