Header Ads

Diklatsar Banser Mesuji: Siapa Kita? NU!

TempoIndonesia. Sore itu (3/8/22), lapangan Desa Adi Luhur Kecamatan Pancajaya sesak dipenuhi anggota Bantuan Anshor Serbaguna (Banser) lengkap dengan seragam loreng, juga baret. Mereka berbaris. Tertib. Serupa pasukan tempur yang sedang bersiap berangkat medan perang.

Di hadapan mereka, para tamu undangan duduk menghadap lapangan yang mulai redup oleh mendung yang terus bergerak ke arah Utara. Tampak hadir:

Ketua Lembaga Bahsul Masa'il (LBM) Pimpinan Cabang NU Mesuji, Mubarakul Ulum; Kasat Binmas Polres Mesuji, Iptu. Sarijo; Danramil Simpang Pematang, Mayor Sutoto; Plt. Kepala Kesbangpol Mesuji, Slamet Sulaiman; Kepala Desa Adi Luhur, para anggota DPRD Mesuji Dapil Simpang Pematang -Pancajaya dan saya, dalam kapasitas sebagai Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Mesuji.

Saya duduk tepat berdampingan dengan  Ketua Pimpinan Cabang (PC) Pemuda Anshor Mesuji, Agus Munawar dan acara pembukaan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser Angkatan V itu dimulai saat titik gerimis mulai jatuh satu dua.

Dalam amanatnya, Agus menekankan pentingnya kader Banser dan Anshor  mengupgrade intelektualitas sebagai sarana perjuangan dalam era modern. Dia membandingkan bagaimana para pendahulu mempertahankan dan merebut kemerdekaan dari penjajah hanya dengan bersenjata seadanya berupa bambu runcing.

"Sejarah telah mencatat bahwa, para pendahulu kita sudah mempertaruhkan harta dan nyawa demi sebuah kemerdekaan yang hari ini bisa kita nikmati. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, tugas kita  saat ini adalah meneruskan perjuangan mereka dengan kapasitas dan intelektualitas" kata Agus.

Ditambahkannya, barisan Anshor dan Banser juga harus memiliki sifat terbuka untuk menerima pembaharuan yang terjadi di abad kekinian yang memang tak dapat dielakkan.

"Kita harus sadar; sebagai komponen bangsa, kita memiliki tugas untuk menjaga agama dan  negara. Saya dan ketua Pemuda Muhammadiyah Mesuji, Bang Fajarullah  sudah bersepakat untuk tidak lagi ribut soal qunut atau jumlah rekaan tarawih sebab yang lebih penting saat ini  adalah bagaimana keberadaan kita bisa memberi manfaat bagi sesama saudara baik dalam bingkai agama maupun bingkai berbangsa!" lanjut Agus.

Gerimis reda beberapa jeda kemudian dan sambutan segera beralih ke Danramil 0726 Simpang Pematang, Mayor Sutoto yang menegaskan bahwa barisan pemuda Anshor dan Banser adalah komponen cadangan dalam konteks bela negara.

"Pesan saya, jauhi budaya-budaya yang tak sesuai dengan  bangsa kita agar kita tidak terjebak pada hal-hal yang justru dapat merugikan!" ucap Sutoto.

Satbinmas Polres Mesuji, Iptu Sarijo yang melanjutkan setelah Danramil, menegaskan  pentingnya pendidikan bagi anak bangsa sebagai bagian dari upaya bela negara.

"Jangan ada lagi yang tidak sekolah dengan alasan apapun. Negara ini hanya bisa dibangun dengan keilmuan dan pendidikan dan itu adalah pondasi," tegas Sarijo.

Sebelum acara dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Kesbangpol, Slamet Sulaiman atasnama Bupati, ketua Lembaga Bahsulmasail (LBM) PC NU Mesuji, Kyai Mubarokul  Ulum (Gus Barok) kembali menegaskan pentingnya menjaga sikap tangguh bagi Banser dan Anshor.

"Sebagai putera Nahdlatul Ulama, kalian harus siap menjadi barisan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," ucap Gus Barok.

Ia juga menegaskan agar para Banser benar-benar meluruskan niat dan menjauhkan pikiran  untuk mencari makan atau keuntungan pribadi.

"Kalau dengan bergabung dalam Banser dan Anshor yang kalian pikirkan adalah mencari keuntungan, maka sebelum terlanjur, silakan tinggalkan tempat ini sekarang juga!" tegas Gus Barok.

Di akhir acara, saya juga diberi kesempatan untuk memberikan sambutan meski hal itu sempat membuat saya terkejut.

"Silakan, Mas!" bisik Agus seraya menyodorkan mic yang sudah dalam posisi on.

"Aku?" tanya saya sambil mengangkat wajah.

Agus Munawar mengangguk seraya tersenyum dan tanpa berpikir panjang, saya lantas maju ke tengah lapangan yang kembali diguyur hujan gerimis. "Izinkan saya berhujan-hujanan dengan saudara-saudara Banser," ucap saya dengan langkah makin maju menuju lapangan yang menghampar.

Tidak banyak yang saya sampaikan kecuali pekikan yel-yel penyemangat seraya mengemukakan dengan jujur bahwa, jumlah Pemuda Muhammadiyah dan Komando Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) di Kabupaten Mesuji tidaklah sebanyak barisan Banser dan Anshor.

"Tapi meski demikian, percayalah bahwa cinta kami pada saudara-saudara Banser dan Anshor, atasnama agama dan negara,  akan selalu terjaga dan besar melebihi jumlah itu!" ujar saya kemudian menutup dengan pekikan: "Siapa kita?"

"NU!"

Tepuk tangan bergema.

Laporan: F1.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.