Kibar PWRI di Tanah Jawara (Bagian 1)
Kibar PWRI di Tanah Jawara (Bagian 1)
Tribunindonesia.net
Kapal penyeberangan Bakauheni-Merak, KM Raputra, hampir saja melepaskan sauh meski beberapa mobil pribadi terus memasuki geladak dan minibus yang kami tumpangi bergegas menyusul di barisan belakang.
"Kita tiba di waktu yang tepat," bisik Bang Angki, driver pembawa rombongan study banding DPC Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Mesuji seraya membanting stir ke kiri lalu memasuki jembatan menuju geladak.
Waktu baru memasuki pukul 13. 27 WIB dan matahari terus memancar dengan segenap keterikan. Kami kemudian memasuki kapal yang segera bergerak sepuluh menit kemudian dan bisa dibilang, ini adalah perjalanan PWRI Mesuji yang kedua setelah sempat menghadiri perhelatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kendari Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu. Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Mesuji melalui Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik, Hendra Kurniawan, seperti biasa, kembali ikut menemani dan perjalanan ini seolah sedang mengulangi kebersamaan sebelumnya.
Lepas dari pelabuhan Merak, kami sempat berpikir perjalanan ini akan tiba lebih cepat pasca minibus memasuki pintu tol untuk meneruskan perjalanan. Namun perkiraan itu rupanya keliru sebab setiba di Cikupa menuju Tebet, kecepatan mobil harus turun dan merayap akibat kemacetan yang makin lama kian menjadi. Pada saat yang sama, malam mulai mengendap dan kegelapan perlahan menyelimuti.
"Posisi masih di Jakarta, Ketua. Kami terjebak macet," ucap ketua PWRI Mesuji, Aan Setiawan saat menangapi panggilan telpon ketua PWRI Bogor Raya, Rohmat Selamat yang terus memantau perjalanan itu. Tampaknya, kedatangan kami benar-benar sedang ditunggu bahkan meski hujan mulai turun dan kemacetan perlahan terurai.
Dengan perhitungan tiga jam lebih lambat, kami akhirnya tiba di kantor PWRI Bogor Raya hampi pukul 21.00 WIB dan di luar dugaan, kantor itu bahkan sama sekali belum terlihat akan menutup pintu.
"Selamat datang di Kota Bogor, Kawan-kawan Mesuji Lampung!"
Kepala Divisi Humas PWRI Bogor Raya, Asim, menyambut kedatangan itu seraya memperkenalkan beberapa anggota yang masih setia menunggu. Tak lama berselang, ketua Rohmat Selamat muncul dari dalam dengan keramahan yang sama sekali tidak dibuat-buat: "Inilah PWRI Bogor Raya, Kawan-kawan. Selamat datang."
Rohmat kemudian menjelaskan bahwa mereka baru saja pindah kantor sehingga kondisi belum sepenuhnya tertata yang atas kondisi itu, ia berulang kali mengucapkan permohonan maaf.
Cengkrama sederhana segera berlangsung tak lama berselang dan kami benar-benar merasa tidak sedang menjadi tamu di tanah para jawara ini. Mereka begitu familiar. Cukup Akrab. Juga sangat bersahabat.
"Orang-orangnya profesional dan baik," bisik Budi Santoso, Bendahara PWRI Mesuji yang duduk di samping saya. "Jadi terasa seperti sedang berada di rumah sendiri."
Saya pun mengangguk pelan.
BERSAMBUNG
Laporan F1
Post a Comment